1. BAHASA ARAB DI MASA JAHILIYAH
Bahasa memegang
peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan
manusia.Kelaziman tersebut membuat manusia manusia jarang memperhatikan bahasa
dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan,
padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang
membedakan manusia dari ciptaan lainnya. Hal senada sesuai dengan apa yang
diutarakan oleh Ernest Cassirer, sebagaimana yang dikutip oleh Jujun, bahwa
keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan
terletak pada kemampuan berbahasa. Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia
sebagai Animal Symbolicum, yaitu mahluk yang mahluk yang mempergunakan
simbol[1].
Pada dasarnya
bahasa lahir seiring dengan lahirnya manusia, dalam studi bahasa, orang
berasumsi bahwa manusia sudah mengenal bahasa sejak masa lalu, karena bahasa
merupakan simbol yang membedakan antara manusia dari segala jenis ciptaan Allah
yang lainnya, bahasa merupakan sebuah sistem yang digunakan manusia untuk
berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, dalam ilmu bahasa yang dimaksud
bahasa adalah sistem tanda bunyi yang bersifat arbitrer, yang dinamis, beragam,
manusiawi, yang disepakati untuk dipergunakan oleh para kelompok masyarakat
tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi dan beridentifikasi diri[2].
Bahasa Arab adalah salah satu bahasa tertua di
dunia.Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang awal mula munculnya bahasa
Arab.Teori pertama menyebutkan bahwa manusia pertama yang melafalkan bahasa
Arab adalah Nabi Adam alaihissalam. Analisa yang digunakan: Nabi Adam alaihissalam (sebelum turun ke bumi) adalah
penduduk surga, dan dalam suatu riwayat dikatakan bahwa bahasa penduduk surga
adalah bahasa Arab, maka secara otomatis bahasa yang digunakan oleh Nabi
Adam alaihissalam adalah bahasa Arab dan tentunya anak-anak
keturunan Nabi Adam alaihissalam pun menggunakan bahasa Arab. Setelah jumlah
keturunan Nabi Adam -alaihissalam bertambah banyak dan tersebar ke pelbagai
tempat, bahasa Arab –yang digunakan saat itu– berkembang menjadi jutaan bahasa
yang berbeda. Teori ini kurang populer dikalangan ahli bahasa modern, khususnya
di kalangan orientalis, dengan asumsi bahwa tidak ada bukti ilmiah yang
menyebutkan bahwa 'Adam -'alaihissalam- menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa
sehari-hari (daily language).
Sedangkan Schlozer, seorang tokoh orientalis,
mengemukakan bahwa bahasa Arab termasuk rumpun bahasa Semit. Teori ini diambil
dari tabel pembagian bangsa-bangsa di dunia yang terdapat dalam kitab
Perjanjian Lama.Tabel ini menggambarkan bahwa setelah terjadinya banjir nabi
Nuh, semua bangsa di dunia berasal dari tiga orang putera nabi Nuh alaihissalam
yaitu Syam, Ham, dan Yafis. Nama Semit diambil dari namaSyam, putera Nabi Nuh alaihissalam
yang tertua. Namun teori ini juga mempunyai kelemahan. Tabel penyebaran
putera-putera Nuh alaihissalam yang disebutkan dalam Perjanjian Lama hanya
membagi bangsa berdasarkan pertimbangan politik dan geografis semata, tidak ada
sangkut pautnya dengan bahasa.
Dalam perkembangannya, bahasa Arab terbagi
menjadi dua bagian besar yaitu bahasa Arab Selatan dan Bahasa Arab Utara. Dr.
Basuni Imamuddin dalam makalahnya tentang sejarah bahasa Arab menjelaskan
tentang pembagian bahasa Arab sebagai berikut, Bahasa Arab terbagi menjadi dua
yaitu bahasa Arab Selatan dan bahasa Arab Utara.
1. Bahasa Arab Utara
Timur :Akkad atau Babylonia; Assyria
Utara : Aram dengan ragam timurnya dari bahasa Syria, Mandaca, dan Nabetea serta ragam baratnya dari Samaritan, Aram Yahudi, dan Palmyra
Barat : Phonesia, Ibrani Injil, dan dialek kanaan lainnya
Utara : Aram dengan ragam timurnya dari bahasa Syria, Mandaca, dan Nabetea serta ragam baratnya dari Samaritan, Aram Yahudi, dan Palmyra
Barat : Phonesia, Ibrani Injil, dan dialek kanaan lainnya
2. Kawasan Selatan:
Utara : Arab
Selatan : Sabca atau Himyari, dengan ragam dari dialek Minaea, Mahri, dan Hakili; dan Geez atau Etiopik, dengan ragamnya dari dialek Tigre, Amharik dan Harari
Selatan : Sabca atau Himyari, dengan ragam dari dialek Minaea, Mahri, dan Hakili; dan Geez atau Etiopik, dengan ragamnya dari dialek Tigre, Amharik dan Harari
Dari semua bahasa Semit di atas kini telah punah kecuali bahasa
Arab.Ketidakpunahan bahasa Arab ini disebabkan faktor kekuasaan dan faktor
arabisasi. Faktor kekuasaan yang dimaksud adalah penghuni jazirah Arab yang
meliputi tiga kelompok besar bangsa Arab yaitu:
Arab ‘Ariba atau Badia (Les Arabes Primaires) seperti: kaum Ad, Tsamud, Amalik, Tasm, Bani Yadis, Kusyit, dan lain-lain.
Arab ‘Ariba atau Badia (Les Arabes Primaires) seperti: kaum Ad, Tsamud, Amalik, Tasm, Bani Yadis, Kusyit, dan lain-lain.
1.
Arab Mu’arriba (Les Arabes Secondaires) seperti: Bani Kahtan, atau
Yoktan bin Heber, Bani Himyar, dan lain-lain.
2.
Arab Musta’rib (Les Arabes Tertiaires) seperti: keturunan dari Nabi
Ismail bin Ibrahim as. Termasuk di dalamnya suku Quraisy.
Dari ketiga golongan besar bangsa Arab, pada akhirnya golongan yang ketiga atau Arab Musta’rib yang berkuasa. Lagi pula keturunan Nabi Ismail inilah yang menguasai kota Makkah
dan
yang memelihara Ka’bah.
Pada masa praIslam atau yang lebih dikenal dengan jaman jahiliyah, bahasa Arab mulai mencapai masa puncaknya (prime condition). Hal ini diawali dengan keberhasilan orang-orang Arab Badui di bawah pimpinan suku Quraisy, menaklukan penduduk padang pasir, sehingga mulai saat itu bahasa Arab dijadikan bahasa utama dan mempunyai kedudukan yang mulia di tengah kehidupan masyarakat sahara. Hal lain yang tidak bisa kita pungkiri untuk membuktikan kemajuan bahasa Arab pada masa jahiliyah adalah kemampuan masyarakat jahiliyah untuk menciptakan syair-syair indah baik dari segi retorika ataupun makna. Bahkan saat itu telah diadakan lomba pembuatan syair atau puisi, syair yang menjadi pemenang dalam perlombaan tersebut nantinya akan dipamerkan di tengah masyarakat dengan cara digantung di dalam Ka'bah, syair-syair ini dikenal dengan nama syair Mu'allaqat (الأشعار المعلقات).
Pada masa praIslam atau yang lebih dikenal dengan jaman jahiliyah, bahasa Arab mulai mencapai masa puncaknya (prime condition). Hal ini diawali dengan keberhasilan orang-orang Arab Badui di bawah pimpinan suku Quraisy, menaklukan penduduk padang pasir, sehingga mulai saat itu bahasa Arab dijadikan bahasa utama dan mempunyai kedudukan yang mulia di tengah kehidupan masyarakat sahara. Hal lain yang tidak bisa kita pungkiri untuk membuktikan kemajuan bahasa Arab pada masa jahiliyah adalah kemampuan masyarakat jahiliyah untuk menciptakan syair-syair indah baik dari segi retorika ataupun makna. Bahkan saat itu telah diadakan lomba pembuatan syair atau puisi, syair yang menjadi pemenang dalam perlombaan tersebut nantinya akan dipamerkan di tengah masyarakat dengan cara digantung di dalam Ka'bah, syair-syair ini dikenal dengan nama syair Mu'allaqat (الأشعار المعلقات).
Apabila
ingin mengetahui asal-usul suatu bahasa, tampaknya perlu mengetahui asal bangsa
yang menjadi penutur utama bahasa tersebut. Hal demikian adalah karena bahasa
itu dilahirkan oleh suatu masyarakat penggunanya dan pengguna bahasa itu
membawa bahasanya ke manapun ia pergi. Kadang kala bahasa tersebut secara utuh
terus dipertahankan oleh pemakainya, juga tidak sedikit yang melakukan
perubahan, mengadaptasi dengan tempat atau situasi mereka tinggal, dimana ia
bergaul dengan etnik-etnik lain yang memiliki bahasa berbeda. Perubahan bahasa
biasanya akan terjadi oleh adanya perubahan generasi, dimana antara generasi
terjadi asimilasi sehingga melahirkan model dan bentuk generasi baru dengan
gaya bahasa atau karakter budaya yang relatif berbeda dari generasi sebelumnya.
Bahkan tidak sedikit bahasa yang mati karena ditinggal oleh pemakainya.Hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor politik seperti penjajahan yang menginvansi suatu
wilayah bahasa, kemudian menggantikannya dengan bahasa
si
penguasa.
Banyak faktor yang menyebabkan mati dan hilangnya suatu bahasa dari setiap etnik, baik karena faktor politik kekuasaan, misalnya pelarangan menggunakan bahasa dari elite penjajah yang sedang berkuasa, hancurnya satu generasi etnik sebagai pengguna bahasa akibat fenomena alam seperti kaum Ad dan sebagainya (Thohir, 2009: 56):
"Sedang faktor arabisasi berkata (Hana al Fakhuri, Tt: 5):
والعربية من
أحدث هذه اللغات نشأة وتاريخاً ولكن يعتقد البعض أنها الأقرب إلى اللغة السامية
الأم التي انبثقت منها اللغات السامية الأخرى، وذلك لاحتباس العرب في جزيرة العرب
فلم تتعرّض لما تعرَّضت له باقي اللغات السامية من اختلاط"
Arabisasi
yang dimaksud di sini adalah bangsa Arab yang masih bertahan berbaur dengan
bangsa lain sehingga melahirkan pergumulan bahasa antar bangsa yaitu berbaurnya
suku pribumi dengan suku yang datang dari selatan. Selain pergumulan bahasa,
perkawinan antar
suku
juga berakibat pada proses terjadinya arabisasi.
Bangsa arab mempunyai mata pencaharian
berdagang dengan mengambil tempat di suatu tempat yang strategis dalam hal ini
di kota Makkah (yang dikuasai oleh suku Quraisy), dimana di sana merupakan
tempat berkumpulnya berbagai suku bangsa melakukan ibadah haji sekaligus
mengadakan perdagangan. Sehingga transformasi sosial masyarakat terjadi lebih
intens.Di sini bertemu berbagai elemen masyarakat dari berbagai daerah,
sehingga pertukaran budaya tak terelakkan.
Islam datang dengan diutusnya Nabi
Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, saat itulah Al-Qur’an diturunkan, tentu
saja menggunakan bahasa Arab yang paling sempurna/baku (فصحي)
dengan keindahan retorika dan kedalaman makna yang tak tertandingi. Allah
Subhanahu wa Ta’alatidak menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an
melainkan karena ia adalah bahasa terbaik yang pernah ada. AllahSubhanahu wa
Ta’ala berfirman,
!$¯RÎ)çm»oYø9tRr&$ºRºuäöè%$wÎ/ttãöNä3¯=yè©9cqè=É)÷ès?ÇËÈ
“Sesungguhnya Kami telah
jadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkannya.” (Yusuf:
2).
Allah Subhanahu
wa Ta’ala juga berfirman,
¼çm¯RÎ)urã@Í\tGs9Éb>utûüÏHs>»yèø9$#ÇÊÒËÈtAttRÏmÎ/ßyr9$#ßûüÏBF{$#ÇÊÒÌÈ4n?tãy7Î7ù=s%tbqä3tGÏ9z`ÏBtûïÍÉZßJø9$#ÇÊÒÍÈAb$|¡Î=Î/<cÎ1ttã&ûüÎ7BÇÊÒÎÈ
“Dan sesungguhnya
Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Pencipta Semesta Alam, dia dibawa
turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi
salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab
yang jelas" (Asy Syu’ara:
192-195). Keindahan bahasa Al-Qur’an juga diakui oleh Janet Holmes, orientalis
pemerhati bahasa.Dia mengatakan bahwa Al-Qur’an dilihat dari segi
sosiolinguistik atau teori diglosia dan poliglosia mengandung high variety
(varitas kebahasaan yang tinggi).
Diturunkannya Al-Qur’an dengan bahasa Arab
menandai terjadinya revolusi fungsi pembelajaran bahasa Arab.Pasca
diturunkannya Al-Qur’an, dorongan untuk mempelajari bahasa Arab lebih
dikarenakan faktor agama daripada faktor-faktor lainnya (ekonomi, politik dan
sastra).Bahkan bisa dikatakan bahwa perkembangan bahasa Arab berbanding lurus
dengan penyebaran agama Islam.
2. SASTRA ARAB MASA JAHILIYAH
A. Tentang
Lingkungan Sastra Arab Masa Jahiliyah
Sastra, dalam bahasa Arab disebut Al-Adab, sebagaimana
diartikan oleh Dr. Abdul Basith Abdurrazzaq Badr:
تعبيير لغوي جميل, ينقل إلينا العواطف
والأحاسيس والمعاني بأسلوب خاص يختلف عن أسلوب الكلام العادي, ويؤثر فينا بجماله
وقوّته [3]
Sastra Jahiliyah merupakan bagian dari budaya
masyarakat badui yang sangat di gemari.Dan juga penyair pada masa ini sering
berfungsi sebagai orang bijak di kalangan sukunya.Pada masa Jahiliyah ini yang
berkembang adalah hal yang berkenaan dengan kehidupan orang badui, adat, dan
sifat-sifat mereka.Para sastrawan Arab Jahiliyah dalam membuat sebuah karya
sastra banyak terilhami oleh kekasih, perjalanan yang mereka lakukan, dan jejak
binatang yang mengisyaratkan adanya pekemahan yang sudah ditinggalkan.
Kehidupan masyarakat Arab
Jahiliyah dapat dilihat dalam karya sastra yang merupakan produk zaman itu,
karena sastra Arab Jahiliyah adalah cerminan langsung bagi keseluruhan
kehidupan bangsa Arab zaman Jahiliyah tersebut, dari hal-hal yang bersifat
pribadi sampai persoalan masyarakat umum.
Bangsa Arab telah
menganggap betapa pentingnya peranan seorang penyair. Sehingga sering kali
mereka mengiming-imingi seorang penyair yang dapat memberikan semangat dalam
perjuangan dengan memberikan sokongan suara bagi seseorang agar dapat diangkat
sebagai kepala kabilah. Ada pula yang menggunakan mereka sebagai perantara
untuk mendamaikan pertikaian yang terjadi antara kabilah, bahkan ada juga yang
menggunakan penyair untuk memintakan maaf dari seseorang penguasa.
Kedudukan puisi dan
penyairnya sangat tinggi di mata orang Arab Jahiliyah. Sebuah karya puisi dapat
mempengaruhi, bahkan mengubah sikap atau posisi seseorang atau sekelompok orang
terhadap sikap atau posisi orang dan kelompok lainnya. Para penyair, dengan
demikian juga berfungsi sebagai agen perubahan sosial dan perubahan kebudayaan.
Kedudukan atau pengaruh sedemikian ini hanya dapat ditandingi oleh para
politisi tingkat tinggi di zaman modern ini. Kekuatan penyair bersumber dari
kekuatan isi karyanya.
Keistimewaan bangsa Arab,
mereka mempunyai perhatian yang besar terhadap bahasa dan keindahan sastranya,
karena mereka mempunyai perasaan yang halus dan ketajaman penilaian terhadap
sesuatu. Dua sifat itulah yang menjadi faktor utama bagi mereka untuk mempunyai
kelebihan dan kemajuan dalam bahasa. Karena keindahan bahasa bersandarkan pada
perasaan halus dan daya khayal yang tinggi (imajinasi), maka dengan kedua
faktor inilah bangsa Arab dapat mengeluarkan segala sesuatu yang bergejolak
dalam jiwa mereka dalam bentuk syair-syair yang indah.
Suku Arab yang mendiami pelosok semenanjung
Arabia pada musim haji berkumpul di Mekah.Pada saat itu, mekah ramai dikunjungi
oleh berbagai suku yang datang dari berbagai dairah.Di samping menunaikan
ibadah haji, mereka datang kesana untuk berdagang dan mengadakan
perlombaan-perlombaan sastra, seperti berpidato dan melantunkan syair.Tempat
yang berperan penting pada waktu itu adalah Suq ‘Ukaz.
Di pasar ‘Ukadz para
penyair berlomba mendendangkan karya-karya mereka di depan dewan juri yang
terdiri dari sejumlah pujangga yang telah memiliki reputasi. Karya-karya puisi
yang dinyatakan sebagai yang terbaik akan ditulis dengan tinta emas di atas
kain yang mewah, kemudian akan digantungkan di dinding Kakbah, yang kemudian
dikenal dengan istilah al-Mu’allaqat (puisi-puisi yang digantungkan pada
dinding Kabah).
B.
Faktor-Faktor yangMempengaruhi Sastra Arab Masa Jahiliyah
Sastra adalah cerminan kehidupan
yang memantulkan kebaikan dan keburukannya. Jika kita baca sastra sebuah
bangsa, kita akan tahu bagaimana bangsa tersebut, apakah ia suka berperang
ataukah cinta damai, dan mengetahui kebiasaan, ahlak, agama, kebudayaan, politik,
hubungan dengan bangsa lainnya, mata pencaharian, dan sebagainya.[4]
Adapun beberapa faktor yang memberi
pengaruh terhadap sastra pada saat itu:
1.
Peperangan
2.
Kondisi dan
tabiat bangsa Arab
3.
Semangat keagamaan
4.
Politik
5.
Pengaruh
banggsa lain
6.
Peradaban
7.
Kebudayaan
8.
Tragedi
9.
Media informasi[5]
B. Karakteristik Sastra Arab Jahiliyah
Sastra pada zaman jahiliah merupakan cerminan
bangsa arab pada masa itu. Ini dikarenakan sastrawan arab pada masa itu membuat
suatu karya tidak lepas dari suatu kejadian yang mereka alami atau yang mereka
lihat.
Secara umum sastra Arab pada masa jahiliah
bertujuan untuk:
1.
Kehidupan suku
Badui
2.
Menerangkan
keadaan masa lampau
Karya sastra
pada masa ini memiliki empat ciri khusus
1.
Penggunaan
kata-kata lebih ditekankan pada makna asalnya
2.
Kosakata
yangdigunakan banyak memiliki sinonim
3.
Penggunaan kata
serapan di luar bahasa arab sangat kurang
4.
Gaya bahasa dan
kalimat yang diucapkan singkat padat dan tidak dibuat-buat
(Ensiklopedi Islam
jilid 2, 1999).
Pada umumnya puisi Arab
pada masa tersebut mendeskripsikan keberadaan kemah, hewan sebagai kendaraan
tunggangan, kehidupan mewah para bangsawan agar dengan begitu para pujangga
mendapatkan imbalan materi dan pujian tertentu, alam sekitar, keberanian
seseorang atau sekelompok kabilah, atau kecantikan seorang wanita pujaan.
Bahasa dan kandungan puisi
Arab Jahiliah sangat sederhana, padat, jujur, dan lugas. Namun demikian, emosi
dan rasa bahasa serta nilai sastranya tetap tinggi, dikarenakan imajinasi dan
simbol yang dipakai sangat baik dan mengenai sasaran. Meskipun demikian, ada
beberapa puisi Arab Jahiliah yang sangat remang-remang atau sangat imajiner dan
simbolis.
Puisi seperti ini digubah
dengan sangat padat dan sering menggunakan simbol yang samar sehingga sulit
dicerna oleh kalangan umum, sehingga yang mampu mengapresiasikan puisi imajiner
adalah kalangan tertentu yang memiliki pengetahuan sejarah dan latar belakang
sang penyair. Dari sudut gaya, puisi Arab Jahiliah sangat mementingkan irama,
ritme, rima, musik atau lagu, serta sajak (dikenal dengan nama qafiyah).
Tetapi semua ini dilakukan secara wajar, bukan dengan memaksa mencari kata-kata
hanya untuk kepentingan ritme dan sajak.
C. Sastrawan Bangsa Arab Dan Karyanya
Masyarakat Jahiliah sering
mengadakan festival sastra secara periodik. Ada festival sastra mingguan,
bulanan, dan tahunan. Mereka juga membuat apa yang yang sekarang disebut dengan
pasar seni. Di pasar seni ini para pujangga saling unjuk kemampuan dalam
bersastra. Di antara pasar seni yang paling bergengsi pada zaman Jahiliah
adalah pasar Dzu al-Majaz, yang terletak di daerah Yanbu’, dekat Sagar (kini
termasuk wilayah Madinah); pasar seni Dzu al-Majinnah di sebelah barat Mekkah,
dan pasar seni ‘Ukadz yang terletak di timur Mekkah, antara Nakhlah dan Tha’if.
Di tiga tempat ini, masyarakat Jahiliah melangsungkan festival seni selasa
selama 20 hari, sejak bulan Dzulqaidah.
Di pasar ‘Ukadz para
penyair berlomba mendendangkan karya-karya mereka di depan dewan juri yang
terdiri dari sejumlah pujangga yang telah memiliki reputasi. Karya-karya puisi
yang dinyatakan sebagai yang terbaik akan ditulis dengan tinta emas di atas
kain yang mewah, kemudian akan digantungkan di dinding Kakbah, yang kemudian
dikenal dengan istilah al-Mu’allaqat (puisi-puisi yang ditempel pada
dinding Ka’bah).
D. Macam-Macam
Sastra Pada Masa Jahiliyah
1. Natsr atau Prosa.
Pada periode
ini terdapat beberapa jenis Natsr, yaitu:
a.
Khitabah (Retorika)
b.
Rasa’il (Korespondensi)
c.
Amtsal (Perumpamaan)
d.
Hikam (Kata Mutiara)
e.
Washaya (Wasiat)
f.
Maqamat (Cerita yang kalimatnya seperti sajak)
g.
Qishash (Novel)
h.
Masrahiyyah (Drama)[6]
Berikut
beberapa pembahasan tentang hal di atas:
Khutbah: Yaitu serangkaian perkataan yang jelas dan lugas yang disampaikan
kepada khalayak ramai dalam rangka menjelaskan suatu perkara penting.
Sebab-sebab munculnya khutbah pada
periode Jahiliyah:
a.
Banyaknya perang antar kabilah
b.
Pola hubungan yang ada pada masyarakat Jahiliyyah seperti saling
mengucapkan selamat, belasungkawa dan saling memohon bantuan perang
c.
Kesemrawutan politik yang ada kala itu
d.
Menyebarnya buta huruf, sehingga komunikasi lisan lebih banyak
digunakan daripada tulisan
e.
Saling membanggakan nasab dan adat istiadat
Ciri
khasnya:
a.
Ringkasnya kalimat
b.
Lafaznya yang jelas
d.
Sajak (berakhirnya setiap kalimat dengan huruf yang sama)
e.
Sering dipadukan dengan syair, hikmah dan matsal
Contoh
Khutbah :
Khutbah Hani’ Bin Qobishoh pada Pertempuran Dzi-Qorin
يا
معشر بكر , هالك معذور خير من ناج فرور, إن الحذر لا ينخي من القدر, و إن الصبر من
أسباب الظفر, المنية ولا الدنية, استقبال الموت خير من استدباره, و الطعن في ثغر
النحور, أكرم منه في الأعجاز و الظهور, يا أبا بكر : قاتلوا فما للمنايا من بد
“Wahai sekalian kaum Bakr, orang
yang kalah secara terhormat lebih baik dari orang yang selamat kar’na lari dari
medan juang, sesungguhnya ketakutan tidak akan melepaskan kalian dari ketentuan
Tuhan, dan sesungguhnya kesabaran adalah jalan kemenangan.Raihlah kematian
secara mulia, jangan kalian memilih kehidupan yang hina ini. Menghadapi
kematian lebih baik daripada lari darinya, tusukan tombak di leher-leher depan
lebih mulia dibanding tikaman dipunggung kalian, wahai kaum Bakr…..
Berperanglah!!!! Karena kematian adalah suatu kepastian…”
Wasiat: yaitu nasihat seorang yang akan meninggal dunia atau akan berpisah
kepada seorang yang dicintainya dalam rangka permohonan untuk mengerjakan
sesuatu.Wasiat memiliki banyak persamaan dengan khutbah hanya saja umumnya
wasiat lebih ringkas.
Contoh
Wasiat :
Wasiat Disaat Dzul Isba’
Al-‘adwani kepada anaknya Usaid
ألن
جانبك لقومك يحبوك, وتواضع لهم يرفعوك, وابسط لهم وجهك يطيعوك, ولا تستأثر عليهم
بشيء يسودوك,أكرم صغارهم كما تكرم كبارهم و يكبر على مودتك صغارهم, واسمح بمالك, و
أعزز جارك وأعن من استعان بك, وأكرم ضيفك, وصن وجهك عن مسألة أحد شيئا, فبذلك يتم
سؤددك
“Berlemah lembutlah kepada manusia
maka mereka akan mencintaimu, dan bersikap rendah hatilah niscaya mereka akan
mengangkat kedudukanmu, sambut mereka dengan wajah yang selalu berseri maka
mereka akan mentaatimu, dan janganlah engkau bersikap kikir maka mereka akan
menghormatimu. Muliakanlah anak kecil mereka sebagaimana engkau mencintai
orang-orang dewasa diantara mereka, maka anak kecil tadi akan tumbuh dengan
kecintaan kepadamu, mudahkanlah hartamu untuk kau berikan, hormatilah
tetanggamu dan tolonglah orang yang meminta pertolongan, muliakanlah tamu dan selalulah
berseri ketika menghadapi orang yang meminta-minta, maka dengan itu semua
sempurnalah kharismamu.”
Hikmah: Yaitu kalimat ringkas yang menyentuh yang bersumber dari pengalaman
hidup, didalamnya terdapat ide yang lugas dan nasihat yang bermanfaat.
Contoh_Hikmah:
آفة
الرأي الهوى
“Perusak akal sehat manusia adalah hawa nafsunya.”
مصارع
الرجال تحت بروق الطمع
“Kehancuran
seorang lelaki terletak dibawah kilaunya ketamakan“
Matsal : Yaitu kalimat singkat yang diucapkan pada peristiwa
tertentu, digunakan untuk menyerupakan peristiwa tertentu dengan peristiwa asal
dimana matsal tersebut diucapkan.
Contoh Matsal :
سبق السيف العذل
“Pedang telah mendahului celaan.”
Bermakna “nasi sudah menjadi bubur”
dimana celaan tidak akan mampu mengubah kejadian yang telah
terjadi
2. Syair / puisi
Pada masa jahiliyah ini,jenis sastra yang paling terkenal dikalangan masyarakat
adalah syair. Sebab syair memiliki kedudukan yang penting dan memberi pengaruh
yang kuat sehingga setiap kabilah saling berbangga dengan kemunculan seorang
penyair handal dari kalangan mereka, mereka pun kerap kali mengadakan acara
khusus untuk menyaksikan dan menikmati syair-syair tersebut.
Selain itu, sastra jenis ini begitu sangat menonjol dikalangan masyarakat
jahiliy karena syair memiliki puncak keindahan dalam sastra. Sebabsyair adalah
gubahan yang dihasilkan dari kehalusan perasaan dan keindahan daya khayal. Para
penyair pada zaman jahiliyah mewakili kelas terdidik (intelegensia), karena sya’ir dalam bahasa Arab memiliki arti
al-‘ilm (pengetahuan).
Puisi pada zaman jahiliyah diartikan sebagai kata-kata yang berirama dan
berqafiah yang mengungkapkan imajinasi yang indah dan bentuk-bentuk ungkapan
yang mengesankan lagi mendalam.
Jenis-jenis syair pada masa
jahiliyah :
a.
Al-Madh atau pujian
b.
Al-Hija’ atau cercaan
c.
Al-Fakhr atau bangga
d.
Al-Hamaasah atau semangat yakni untuk membangkitkan semangat ketika ada suatu
peristiwa semacam perang atau membangun sesuatu
e.
Al-Ghozal atau ungkapan cinta bagi sang kekasih
f.
Al-I’tidzar atau permohonan maaf
g.
Ar-Ritsa’ atau belasungkawa
h.
Al-Washf atau pemerian yaitu penjelasan perhadap sesuatu dengan
sangat simbolistik dan ekspresionistik[7]
Contoh puisi pada masa ini adalah:
والريح
تسأل من أنا
أنا
روحها الحيران أنكرنى الزمان
أنا
مثلها فى لا مكان
نبقى
نسير ولا انتها
نبقى
نمر ولا بقاء
إذا
بلغنا المنحنى
خلناه
خاتمة الشقاء
فإذا
فضاء
Angin bertanya,
siapa aku
Aku adalah
jiwanya yang bingung, diingkari zaman
Aku seperti dirinya,
tidak punya tempat
Selalu
berjalan, tanpa akhir
Selalu
berlanjut, tanpa henti
Bila aku sampai
di tikungan,
Aku mengira,
itu adalah akhir penderitaan
Tapi, itu
ternyata tanah lapang
3. Al-Mu’allaqat
Yaitu merupkan Qasidah panjang yang indah yang diucapkan oleh para penyair
jahiliyah dalam berbagai kesempatan dan tema.Sebagian Al-Mu’allaqot ini diabadikan dan ditempelkan
didinding-dinding Ka’bah pada masa Jahiliyah. Dinamakan dengan Al-Mu’allaqot (
Kalung ) karena indahnya syair-syair tersebut menyerupai perhiasan yang
dikalungkan oleh seorang wanita. Para pujangga Al-Mu’allaqot berjumlah tujuh
orang, yaitu :
امرؤ
القيس بن حجر الكندي
زهير
بن أبي سلمى
طرفة
بن العبد
عنزة
بن شداد العنسي
عمرو
بن كلثوم
الحارث
بن حلزة
لبيد
بن ربيعة
Contoh Syair Al-Mu’allaqot karya Zuhair Bin Abi Sulma,
سئمت
تكـاليـف الـحياة ومن يعش ثـمانين حولا- لا أبا لك – يسـأم
وأعـلم
مـا في اليوم والأمـس قبلـه ولكنني عن علم ما في غـد عـم
ومـن
هـاب أسبـاب المـنايـا ينلـنه ولـو نـال أسباب السـماء بسلــم
ومن
يجعل المعروف في غير أهله يـعــد حـمـده ذمـا عــليه فيـندم
ومهما
تكن عند امرئ من خـليقة ولو خالها تخفى على الناس تعلم
لأن
لـسان الـمـرء مـفـتـاح قــلـبه إذا هو أبدى مـا يـقول من الـفـم
لسان
الفتى نصف و نصف فؤاده ولم يبق إلا صـورة اللحـم والدم
Aku telah letih merasakan beban kehidupan
Sungguh aku letih setelah hidup delapan puluh
tahun ini
Aku tahu apa yang baru saja terjadi dan kemarin
hari
Namun terhadap masa depan sungguh aku buta
Barang siapa yang lari dari kematian sungguh
akan menemuinya
Walau ia panjat langit dengan tangganya
Barang siapa yang memuji orang yang tak pantas
dipuji
Maka esok hari pujiannya itu akan disesali
Seorang manusia tentu memiliki tabiat tertentu
Walau ia sangka tertutupi pasti orang lain akan
mengetahui
Itu karena lidah seseorang adalah kunci hatinya
Lidahnyalah yang menyingkap semua rahasia
Lidah itu adalah setengah pribadi manusia dan
setengahnya lagi adalah hati
Tidak ada selain itu kecuali daging dan darah
sahaja
E. Ciri-Ciri Sastra Pada Masa Jahiliyah
Ada beberapa ciri umum yang terdapat dalam sastra arab pada masa jahily,
diantaranya:
1.
Kejujuran dalam mengungkapkan apa yang dirasakan tanpa ungkapan
yang berlebihan
2.
Susunan kalimat yang ringkas
3.
Sederhana dalam struktur kalimat hal ini dilatarbelakangi kondisi
sosiologis, cara mereka hidup menciptakan karakter manusia yang sederhana
sehingga mempengaruhi ketika menyusun sebuah ungkapan
4.
Romantis, bahasa yang romantis ketika mengungkapkan jiwa perasaan
penyair
5.
Al-Muhdhar menambahkan karakteristik sastra jahili adalah
mengungkapkan kejantanan dan keperwiraan, menceritakan pengalaman baik yang
butuk maupun yang jelek
Dari berbagai karakter di atas dapat disimpulkan bahwa corak sastra jahily
sangaat sederhana hal itu dipengaruhi cara hidup mereka yang sangat sederhana
sehingga membentuk jiwa yang sederhana, begitupun dalam mengungkapan sesuatu.
Sedangkan ciri-ciri dari segi bentuknya diantaranya:
1.
Mementingkan ilmu ‘Arudh karena disepakati
sebagai suatu tradisi seni dalam sastra Arab yang melekat kuat pada
pendengaran orang-orang Arab yang tak bisa dipisahkan
2.
Mereka menilai wazan sebagai sesuatu yang penting
dalam syair
3.
Dalam prosa, mereka mementingkan fasahah (ketepatan
diksi) dan bayan(suatu gaya bahasa indah yang menyentuh rasa dan
mampu memnggambarkan makna dengan jelas).
[1]Filsafat
Ilmu, Amsal bakhtiar, Rajawali Press,2004,cet.12,hal.175
[2]Sosiolinguistik,
Perkenalan Awal, Abdul Chaer& Leonie Agustina, Rineka Cipta, hal.11
[3]
Al-Naqd Al-Adabiy, Abd Al-Basith Abd Al-Rzzaq Badr, hal.89
[4]
Al-Adab Al-‘Arabiy wa Tarikhuhu Al-Ashri Al-Jahiliy, Abdul Aziz bin Muhammad
Faishal, hal.9
[5]
Ibid, hal.10-19
[6]
Ibid, hal.26
[7]
Ibid, hal.23-25
No comments:
Post a Comment