Tuesday, December 1, 2015

Pendekatan, Metode, Teknik, Ilmu Bantu, dan Jenis Penelitian.




1.    Pendekatan
Walaupun sosiologi diawal kelahirannya pada abad ke-19 sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran yang bersifat positivistik khususnya bagi pendirinya Auguste Comte,
namun dalam pendekatannya sosiologi tidaklah absolut bersifat kuantitatif, melainkan juga dapat menggunakan pendekatan kualitatif (Soekanto, 1986: 36).
Dalam pendekatan kuantitatif, sosiologi mengutamakan bahan, keterangan- keterangan dengan angka-angka, sehingga gejala-gejala yang ditelitinya dapat diukur dengan
mempergunakan skala-skala, indeks, tabel-tabel dan formula-formula yang menggunakan statitistik. Sebagai the science of the obvious, sosiologi bertujuan menelaah gejala-gejala sosial secara matematis, baik itu melalui teknik sosiometrii, yang berusaha untuk meneliti
masyarakat secara kuantitatif dengan menggunakan skala-skala dan angka-angka untuk mempelajari hubungan antar individu-individu dan masyarakat. Sedangkan dalam pendekatan kualitatif, sosiologi selalu dikaitkan dengan epistemologi interpretatif dengan
penekanan pada makna-makna yang tekandung di dalamnya atau yang ada di balik kenyataan-kenyataan yang teramati.

2. Metode
Para ahli sosiologi dalam penelitiannya banyak menggunakan beberapa metode penelitian, diantaranya:
Pertama adalah Metode Deskriptif: Metode ini sering disebut bagian metode empiris yang menekankan pada kajian masa kini. Secara singkat metode deskriptif ini adalah suatu metode yang berupaya untuk mengungkap pengejaran/pelacakan pengetahuan. Metode ini dirancang untuk menemukan apa yang sedang terjadi tentang siapa, di mana, dan kapan. Penelitian ini berdasar pada kehati-hatian dalam mengumpulkan suatu data/fakta untuk menggambarkan beberapa hal yang diuraikan, seperti penggolongan, praktek, maupun peristiwa-peristiwa yang  tercakup di  dalamnya (Popenoe, 1983:  28).  Statistik kejahatan, survei pendapat umum, tentang angka kejahatan, tanggapan pendengar dan penonton radio dan televisi, laporan atas kebisaaan dan kejahatan seksual, semuanya ini adalah contoh- contoh tentang studi deskriptif tersebut. Dengan demikian dalam metode ini juga termasuk metode survey dengan pelibatan jumlah sampel yang begitu banyak untuk mengungkap dan mengukur  sikap  sosial  maupun  politik  seperti  yang  dirintis  George  Gallup  dalam  The Literary   Digest   (1936).   Dalam   meode   ini    pengumpulan   data   dilakukan   dengan menggunakan  pertanyaan-pertanyaan yang  disusun  melalui  angket  (kuesioner) terhadap responden untuk mengukur pendapat / tanggapan publik sesuatu yang diteliti (Bailey, 1982:
110; Spencer dan Inkeles, 1982: 32) .
Kedua;  adalah  metode  eksplanatori: Metode  ini  juga  merupakan bagian  metode empiris. Popenoe (1983: 28) mengemukakan bahwa kalau saja dalam studi deskriptif lebih
banyak bertanya tentang apa, siapa, kapan, dan di mana, maka dalam studi eksplanatori lebih  banyak  menjawab  mengapa dan  bagaimana. Oleh  karena  itu  metode  ini  bersifat
menjelaskan atas jawaban dari pertanyaan "mengapa" dan "bagaimana" itu. Sebagai contoh; mengapa tingkat perceraian di beberapa kota naik secara tajam? Mengapa masyarakat merasakan bahwa hidup di kota besar itu tingkat kompetisinya lebih tinggi dibanding dengan
di pinggir kota? Mengapa di kota-kota tersebut mempunyai tingkat kenakalan remaja yang tinggi pula, terutama di era pasca gerakan Reformasi ini ? Bagaimana proses itu terjadi banyak perubahan, semula merupakan anak-anak yang baik kemudian menjadi deviant ?
Ketiga, metode historis-komparatif: Metode ini menekankan pada analisis atas peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum, yang kemudian digabungkan dengan metodekomparatif, dengan menitik beratkan pada perbandingan antara berbagai masyarakat beserta  bidang-bidangnya untuk  memperoleh perbedaan-perbedaan
dan persamaan-persamaan, serta sebab-sebabnya. Dari perbedaan dan persamaan- persamaan tersebut dapat dicari petunjuk-petunjuk perilaku kehidupan masyarakat pada masa silam dan sekarang, beserta perbedaan tingkat peradaban satu sama sama lainnya.
Keempat, adalah metode fungsionalisme: Metode ini bertujuan untuk meneliti kegunaan-kegunan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat. Metode  tersebut  berpendirian  pokok  bahwa  unsur-unsur  yang  membentuk  masyarakat
mempunyai hubungan timbal-balik yang saling pengaruh-mempengaruhi, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri terhadap masyarakat (Soekanto, 1986: 38).
Kelima,  metode  studi  kasus:  Metode  studi  kasus  merupakan  suatu  penyelidikan
mendalam dari suatu individu, kelompok, atau institusi untuk menentukan variabel itu, dan hubungannya di antara variabel, mempengaruhi status atau perilaku yang saat itu menjadi pokok kajian (Fraenkel dan Wallen, 1993: 548). Dengan demikan dalam penggunaan metode kasus tersebut peneliti harus mampu mengungkap keunikan-keunikan individu, kelompok maupun institusi yang ditelitinya, terutama dalam menelaah hubungannya diantara variabel- variabel yang mempengaruhi status atu perilaku yang dikajinya.
Keenam, metode survey: Penelitian survei adalah salah satu bentuk dari penelitian yang  umum  dalam  ilmu-ilmu sosial.  Suatu  usaha  untuk  memperoleh data  dari  anggota
populasi yang relatif besar untuk menentukan keadaan, karakteristik, pendapat, populasi yang sekarang yang berkenaan dengan satu variabel atau lebih. (Fraenkel dan Wallen, 1993:
557).

3 Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam kajian sosiologi, di antaranya adalah sosiometri, wawancara, observasi, dan observasi partisipan. Untuk mempermudah pemahaman beberapa teknik yang sering digunakan dalam kajian sosiologi tersebut, di bawah ini dikemukakan penjelannya:
Sosioometri: Dalam sosiometri berusaha meneliti masyarakat secara kuantitatif dengan menggunakan skala-skala dan angka-angka untuk mempelajari hubungan antar manusia dalam suatu masyarakat. Bidang ini merupakan bidang keahlian psikologi yang mempelajari, mengukur, dan membuat diagram hubungan sosial yang ada pada kelompok kecil (Horton dan Hunt, 1991: 235).
Sebagai  contoh  para  siswa  diberi  pertanyaan, misalnya; siapa  yang  yang  mereka anggap  sebagai  teman  yang  paling  disukai  jika  jadi  pemimpin.  Sebagai  tanda  simpatik
seseorang terhadap orang lain dalam sosiometrik ini dilambangkan dengan garis lurus yang disertai anak panah. Sedangkan sebagai tanda siswa yang dibenci dengan simbol garis putus- putus yang disertai anak panah. Dengan demikian akan nampak bahwa siswa A merupakan
siswa  yang  disenagi  rekan-rekannya,  sedangkan  siswa  B  merupakan  siswa  yang  paling dibenci di kelompok/kelas itu. Lihat Gambar 2-1 di bawah ini




A                                              B




C
F





D E



Gambar 2-1
Sebuah sosiomertik di sebuah kelompok/kelas. Garis hitam lurus yang disertai anak panah menggambarkan tanda simpatik, sedangkan garis lurus putus-putus disertai anak panah menggambarkan kebencian


Wawancara; atau (interview) adalah situasi peran antar pribadi bertemu muka (face to-face),  ketika  seseorang,  yakni  pewawancara  mengajukan  pertanyaan-pertanyaan yang dirancang  untuk  memperoleh jawaban  yang  relevan  dengan  masalah  penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai atau responden (Supardan, 2004: 159). Wawancara ini bisa digunakan untuk penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Selain itu juga jenis wawancara ini bisa the general interview (wawancara umum) yang sifat pertanyaannya umum dan terbuka, dan bisa juga jenis wawancara berstruktur atau terarah dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan sudah sedemikian rupa terarah sebelumnya secara cermat.
Observasi: Observasi merupakan dasar dari semua ilmu pengetahuan, sebab para ilmuwan  baru  dapat  bekerja  hanya  jika  ada  data  maupun  fakta  yang  diperoleh melalui observasi (Nasution, 1996: 56). Secara singkat pengertian observasi adalah pengamatan yang diperoleh secara langsung dan teratur untuk memperoleh data penelitian.
Observasi partisipan : Adalah bentuk pengamatan yang menyeluruh dari semua jenis metode/stategi (Patton, 1980). Dalam hal ini peneliti turut serta dalam berbagai peristiwa
dan kegiatan sesuai dengan yang dilakukan oleh subek penelitian, misalnya turut dalam upacara, turut bekerja di sawah, turut berbaris menunggu bis atau giliran, menjadi pelayan restoran,  kuli,  dan  sebagainya. Hal  ini  dimaksudkan agar ia  merasakan dan  mengalami
situasi-situasi tertentu agar dirasakan secara pribadi.

4. Ilmu Bantu
Dalam kajian sosiologi, memerlukan banyak ilmu bantu yang dapat menopang kelancaran dan kedalam kajian sosiologi tersebut. Beberaoa ilmu Bantu yang sering digunakan   dalam   sosiologi   seperti;   statistik,   psikologi,   ethnologi,   arkheologi,   dan antropologi, di samping ilmu-ilmu sosial lainnya seperti sejarah, gegrafi, politik, hukum, maupun geografi.
a. Statistik:  Statistik  sangat  diperlukan  dalam  sosiologi  terutama  dalam  penghitungan- penghitungan  yang  menyangkut  pendekatan  kuantitatif  agar  hasil-hasil  penelitiannya
lebih valid, akurat, dan terukur.
b. Psikologi: Psikologi juga sangat diperlukan dalam kajian sosiologi, karena dalam psikologi dapat diperoleh keterangan baik latar belakang seseorang berperilaku maupun proses-
proses mental yang diperlukan keterangan-keterangannya.
c.  Ethnologi:  Adalah  ilmu  tentang  adat-istiadat  sesuatu  bangsa.  Ilmu  tersebut  sangat diperlukan dalam  sosiologi  karena  menyangkut tradisi-tradisi yang  berkembang pada
bangsa tersebut. Oleh karena itu pula ethnologi sering juga disebut juga sosial antropologi
(Shadily, 1986: 20).
d. Arkheologi: Adalah ilmu tentang peninggalan-peninggalan ataupun kebudayaan klasik dari  suatu  bangsa  yang  telah  silam.  Peninggalan–peninggalan kebudayaan  klasik  itu
adalah penting karena kebudayaan tua sekalipun pada hakikatnya adalah hasil usaha bersama dari suatu masyarakat yang ditelitinya.
e. Antropologi: Pada mulanya banyak mempelajari tentang hidup bersama sebagai manusia,
terutama golongan-golongan yang masih bersahaja (Shadily, 1986: 20). Sebagai contoh orang-orang Aborigin di Australia, Orang-orang Indian di Amerika Serikat, ornag-orang Badui di Banten, maupun orang-orang Tengger di Jawa Timur, dan sebagainya. Namun sekarang ini, antropologi juga telah memasuki kajian kelompol maupun etnis/ras masyrakat kota ataupun yang lebih maju. Maksud dari hasil penelitian bidang antropologi ini adalah untuk lebih memahami agar lebih mudah pemahaman tentang beberapa keunikan secara ideografis serta memberikan pengertian yang mendalam mengenai masyarakat modern yang lebih luas dan kompleks.

5 Jenis Penelitian Sosiologi
Dalam peneltian sosiologi (Shadily, 1980: 50-52), kita setidaknya mengenal tiga macam   penelitian  sosiologi,   yakni:   penelitian   lengkap,   penelitian   fact   finding,   dan penelitian interpretasi kritis.
Pertama; penyelidikan lengkap: Dalam penelitian ini berusaha untuk dicari secara teliti  segala  fakta-fakta dan  kemudian ditarik  kesimpulan-kesimpulan yang  diambil  dari fakta-fakta tersebut. Dengan demikian sesudah membuat definisi tentang substansi kajian
yang kemudian meneliti kebenaran maupun kekurangan hipotesis-hipotesis itu, peneliti juga harus mempertanyakan fakta apa yanag ada dalam kajian itu. Selanjutnya setelah fakta-fakta diperiksa secara teliti, juga peneliti harus menyimak pendapat-pendapat para ahli lainnya
tentang masalah yang sama, walaupun pendapat-pendapat tersebut tidak akan mempengaruhi kebenaran/kesalahan dari temuan yang diselidiki tersebut. Namun selama penelitian ilmiah tersebut dilakukan, peneliti harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Betulkah bahwa kesimpulan itu sesuai dengan fakta yang tersedia? Betulkah fakta-fakta itu
digunakan dengan jujur dari sesuatu prasangka yang tidak menyebelah ? Cukup banyakkan fakta-fakta itu untuk dapat dianggap bahwa kejadian itu dianggap umum ? Cukup benarkah induksi dan deduksi yang digunakan serta logika yang sehat benar-benar diperlukan ?
Kedua;   penelitian   fact   finding,   yaitu   merupakan  penelitian   dari   suatu   hasil penemuan fakta penelitian, tentang sesuatu hal yang benar-benar berdasar dari fakta-fakta yang ada untuk membuat laporan yang dapat dipercaya. Sebut saja sebagai contoh tentang
pemberontakan ataupun gerakan disintegrasi bangsa dari sekelompok suku bangsa tertentu terhadap pemerintah yang resmi. Dalam hal ini peneliti harus meneliti dari faktor-faktor penyebab  pemberontakan/gerakan  tersebut.   Laporan-laporan  yang   telah   ada   tentang
karakteristik, dan ketidakpuasan suku tersebut dari dulu hingga sekarang. Sikap-sikap pemerintah  yang  dianggap  kurang  kondusif  memupuk  persatuan  dan  kesatuan  bangsa. Fakta-fakta  tersebut  kemudian  dikumpulkan  dari  dokumen-dokumen  yang  ada,  hasil observasi-observasi, dari wawancara-wawancara, maupun isu-isu yang berkembang dan sebagainya.
Ketiga; pebnelitian interpretasi kritis: Penelitian ini  juga lazim dilakukan dalam sosiologi. Dalam hal ini peneliti pada umumnya tidak tersedia cukup mempergunakan fakta-
fakta, karena yang dikumpulkan itu hanyalah merupakan analisis-analisis maupun uraian- uraian tentang sesuatu fakta yang sedikit tersedia. Dengan demikian diperlukan analitis kritis   seorang   peneliti   untuk   meyakinkan   pembaca   ataupun   peneliti   lainnya   dalam
memahami hasil-hasil penelitiannya. Bisaanya baik penelitian fact finding maupun interpretasi kritis hanya sekedar pembuatan laporan penelitian dan tidak memberikan kesimpulan-kesimpulan yang lengkap atas fakta-faktanya.

No comments:

Post a Comment