Sebagaimana
yang telah diterangkan oleh kelompok sebelumnya bahwa Filologi merupakan satu
disiplin ilmu yang mendasarkan kerjanya pada bahan tertulis dan bertujuan untuk
mengungkapkan makna teks tersebut dalam segi kebudayaannya. Teks klasik dikaji
karena menyimpan hasil budaya cetusan pikiran masyarakat dahulu (Fu’adi,
1993:4). Dengan demikian, disiplin ilmu ini diperlukan untuk mengungkap sebuah
misteri dari peninggalan kuno yang berupa tulisan. Melihat definisi yang
semacam ini, mengindikasikan bahwa filologi akan menemui beberapa ganjalan yang
tidak bisa dijawab oleh disiplin ilmu ini sendiri. Sehingga, tidak menutup
kemungkinan sebuah disiplin ilmu bersinggungan dengan disiplin ilmu yang lain.
Sehubungan
dengan hal ini, maka besar kemungkinan para filolog akan menghubungkan beberapa
ilmu untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat atau yang paling mendekati
makna yang ada dalam suatu teks tersebut secara relefan dengan apa adanya pada
masa lampau. Lebih dalam lagi, persinggungan antara filologi dan ilmu-ilmu lain
lebih dikarenakan filologi adalah ilmu yang memiliki bahasan atau cakupan
informasi yang kompleks dari berbagai segi kehidupan dimasa lampau, maka
tidaklah sangsi bila dikatakan bahwa seorang filolog harus memahami linguistik,
antropologi, paleografi, pengetahuan bahasa kuno, ilmu sastra, agama dan
sejarah kebudayaan masyarakat lampau untuk memaknai karya sebagai sarana
penguat penelitian. Dalam proses ini, filologi dianggap sebagai Ilmu yang
membutuhkan. Sedang ketika filologi bersinggungan dengan ilmu sastra, sejarah,
kebudayaan, agama, dan sebagainya. Filologi dianggap sebagai ilmu bantu untuk
mengungkapkan makna dari kandungan naskah-naskah yang ada.
B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan
yang dimunculkan, setidaknya terdapat dua masalah pokok dalam makalah ini,
diantaranya adalah:
1.
Apa saja
ilmu-ilmu bantu bagi filologi?
2.
Apa peran
filologi bagi ilmu-ilmu lain?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedudukan
Filologi diantara Ilmu-ilmu yang lain
Filologi
memiliki hubungan yang erat dengan objek penelitiannya. Mereka memiliki
hubungan berbandinng lurus dan saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini
terjadi apabila kita menyadari bahwa objek kajian dari filologi merupakan
naskah-naskah kuno. Sehingga, filologi membutuhkan bantuan dari ilmu lain untuk
memaknai suatu teks penelitian. Begitu juga dengan ilmu lain yang membutuhkan
filologi sebagai ilmu bantu.
B. Ilmu Bantu
Filologi
Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa filollogi adalah disiplin ilmu yang membahas
mengenai naskah-naskah kuno dan untuk mengkaji naskah-naskah tersebut. Filologi
membutuhkan ilmu-ilmu bantu yang erat
kaitannya dengan bahasa dan beberapa ilmu pendukung baik dari ilmu sosial
sampai agama.
1)
Ilmu Linguistik
Linguistik
merupakan ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah yang muncul
pertama kali pada tahun 1808 dalam majalah ilmiah yang disunting oleh Johan
Severin Vater dan Friedrich Justin Bertuch (Kridalaksana. 2011:114). Sedangkan
hubungan antara filologi dan linguistik tercermin dari objek kajiannya, bahasa.
Manakala filologi mencari makna dari suatu teks yang pada dasarnya adalah bahasa maka filologi
membutuhkan linguistik sebagai upaya untuk memaknai bahasa masa lampau dengan
berbagai keunikannya.
Kemudian,
ada beberapa cabang linguistik yang dipandang dapat membantu filologi dalam
pengkajian naskah. Pertama, etimologi yang berfungsi untuk mempelajari
asal muasal sejarah kata. Kedua, sosiolinguistik merupakan cabang
linguistik yang menelaah korelasi dan saling berpengaruhnya antara perilaku
bahasa dan perilaku sosial. Ketiga, stilistika merupakan ilmu yang
mencermati gaya bahasa sastra sehingga filologi akan terbantu untuk mengetahui
berapa usia teks tersebut.
2)
Pengetahuan
Bahasa-Bahasa yang Mempengaruhi Bahasa Teks.
Dalam bidang ini, seorang filolog harus
mampu menguasai atau mengetahui bahasa-bahasa yang sering terdapat dalam naskah
kuno yang dapat mempengaruhi suatu teks. Semisal dalam sebuah naskah kuno dalam
ranah Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh bahasa asing. Terutama adalah
bahasa Sansekerta dan Arab. Kedua bahasa ini akan memudahkan
seorang filolog untuk menguraikan makna suatu naskah nusantara.
Semisal bahasa Sansekerta yang banyak
dijumpai dalam naskah cerita fiksi atau berupa epik Ramayana, mahabarata,
dan Sang Hyang Kamahayanikan. Sedang dalam bahasa arab akan kita
temui dalam karya melayu kuno seperti karangan Hamzah Fanzuri, Nuruddin
Arraniri, Abdurauf Asssingkeli dan lain-lain. Dalam karya ini, mereka
menggunakan bahasa Arab yang menguraikan banyak hal mengenai agama Islam yang
memiliki bentuk tanpa syakal atau berharokat.
3)
Paleografi
Dari beberapa ilmu pendukung dalam pembahassan
filologi, paleografi merupakan ilmu yang wajib dimiliki oleh seorang filolog
dikarenakan ilmu ini membahas mengenai tulisan-tulisan kuno. Sedangkan hubungan
antara keduanya adalah pengkajian mengenai penjabaran tulisan-tulisan kuno baik
dalam prasasti, batu atau pun logam. Lebih lanjut, paleografi akan membantu
dalam menentukan waktu dan tempat terjadinya tulisan tersebut. Hal ini sangat
penting karena indikator-indikator yang muncul dari tulisan tersebut akan
memberikan titik terang tentang siapa pengarang tulisan tersebut. Selain itu, hal
yang tidak boleh dilewatkan adalah pengamatan anatomi dari tulisan itu sendiri
seperti ukuran, bahan naskah, tinta, panjang dan jarak baris dalam tulisan.
Dalam sejarah Asia tenggara, ada pula tulisan
kuno yang dikembangkan di Nusantara dulu. Tulisan itu adalah tulisan yang
disebut Palawa. Tulisan ini dibagi menjadi 2 ciri, palawa awal dan palawa
lanjut. Palawa awal menunjukkan adanya pengaruh dari India Selatan dan Sri
Langka di abad ke-3 hingga abad ke-5. Sedang palawa lanjut, dimulai pada abad
ke-7 dan 8.
4)
Ilmu Sastra
Dalam peradaban nusantara banyak sekali karya
fiksi yang mengarah kepada karya sastra. Karya sastra ini lebih didominasi
dengan karaya yang bergenre jenaka atau pelipur lara, berbingkai. Selain itu,
ada pula cerita pewayangan yang menggambarkan kisah kehidupan manusia yang
tercermin dari khasanah agama Islam. Tentunya, itu semua membutuh kan
pendekataan yang signifikan untuk mengetahui secara pasti makna dari
kisah-kisah tersebut.
Untuk itu, pendekatan yang dirasa baik dan
tepat adalah 4 pendekatan milik Abrams (1953) oleh Teeuw (1980) yang dianggap
oleh Wellek dan Waren sebagai 3 pendekatan ekstrinsik dan 1 pendikatan
intrinsik.
a.
Pendekatan
Mimetik : Suatu pendekatan yang lebih
mengutamakan aspek-aspek referensial, acuan karya sastra, kaitannya dengan
dunia nyata.
b.
Pendekatan
pragmatik : Pendekatan yang
mengutamakan respon atau pengaruh suatu teks terhadap pembaca atau pendengar.
c.
Pendekatan
ekspresif : Suatu pendekatan yang
menitik beratkan penulis karya sastra sebagai penciptanya yang mengandung
banyak arti didalam karyanya terutama dalam eksperi dan emmosii pengarang.
d.
Pendekatan
objektif : Pendekatan yang mengkaji
naskah tersebut tanpa melihat asal muasal naskah tersebut.
Akan tetapi, para sastrawan modern mendapati
suatu pendekatan yang disebut pendekatan represif. Pendekatan ini lebih
menonjolkan seberapa besar tanggapan pembaca terhadap karya yang ada.
5)
Ilmu Agama
Selain ilmu sastra atau linguistik yang diperlukan dalam memaknai
sebuah teks, seorang filolog pula harus mengetahui seluk-beluk tentang agama
yang ada di nusantara. Seperti Hindu, Budha dan Islam. Mengingat ketiga agama
ini banyak mempengaruhi budaya nusantara. Ddalam masalah ilmu bantu yang satu
ini diharapkan seorang filolog dapat mengkoneksikan hubungan antara pengaruh
agama dalam sebuah naskah seperti yang tercitra dalam naskah Brahmadapura
yang menjadi kitab panutan pemeluk agama Hindu.
Lebih lanjut, Dari sejumlah 5.000 naskah Melayu
yang telah berhasil dicatat oleh Ismail Hussein dari perpustakaan dan museum
berbagai Negara yang terdiri dari 800 judul, 300 judul diantaranya berupa
karya-karya dalam bidang ketuhanan (Baried, 1994:23). Dalam pernyataan ini menandakan bahwa ilmu
tentang agama memiliki peran penting dalam pengkajian filologi yang nantinya
dapat memberikan kontribusi terhadap pemecahan isi dari suatu naskah.
6)
Sejarah
Kebudayaan
Penguasaan Sejarah Negara bagi seorang filolog
akan membantu dalam meruntutkan sejarah dan kebudayaan yang telah ada secara
runtut dan historis. Melalui sejarah kebudayaan, kita dapat mengetahui seberapa
jauh kebudayaan yang tumbuh dan berkembang pada waktu itu. Hal ini, sangat
berbanding lurus dengan seberapa hebat karya yang mereka lahirkan.
7)
Antropologi
Secara singkat disebutkan bahwa antropologi
ialah penyelidikan terhadap manusia dan kehidupannya (Partanto, 2001:44). Dari
pengertian yang ada, maka dapat dikaitkan dengan filologi bahwa kehidupan manusia tidak bisa lepas dari
adanya kebudayaan dan filologi mengkaji salah satu budaya dari manusia yang
berbentuk naskah. Dalam hal ini, antropologi lebih menekankan penelitian
bagaimana manusia menyikapi naskah yang telah ada dari zaman dahulu hingga sekarang.
C. Filologi
sebagai Ilmu Bantu Bagi Ilmu-Ilmu Lain
Sebuah karya
baik sastra atau tidak merupakan cerminan keintelektualan masyarakatnya. Hal
inilah yang berusaha dikaji oleh filologi dalam menelaah tiap naskah kuno yang
ada sebagai objek kajiannya. Hasil penyelidikan ini, dapat pula digunakan untuk
mengamati adat istiadat masyarakat tempo dulu yang bisa digunakan sebagi data
pengkajian ilmu-ilmu lain. Dengan kata lain, filologi menyajikan beberapa data
yang telah disortir berdasarkan kandungan naskah itu sendiri dan
mengelompokkannya. Sedang beberapa ilmu yang menjadikan filologi sebagai ilmu
bantu ialah ilmu sejarah, ilmu kebudayaan, ilmu agama, ilmu adat istiadat, dll.
1.
Filologi
Sebagai Ilmu Bantu Ilmu Sastra
Diatas tadi telah dijelaskan bahwa karya
nusantara sangatlah banyak dan sebagian besar dari karya yang lahir merupakan
karya sastra kuno atau tradisional. Dari karya yang ada, filologi berperan
untuk menelaah lebih dalam tentang kandungan karya tersebut dan
mengelompokkannya dalam sub-bagian yang mempermudah khalayak untuk membacanya.
Dari hal tersebut, para sastrawan yang mumpuni saat ini menggunakannya untuk
menyusun sebuah sejarah sastra atau teori sastra.
2.
Filologi
Sebagai Ilmu Bantu Sejarah Kebudayaan
Dalam hal ini filologi berperan untuk
mengangkat khazanah atau suri tauladan ruhaniyah nenek moyang yang termaktub
dalam sebuah naskah baik berupa adat istiadat, kesenian ataupun kepercayaan.
Nantinya, hal ini akan menjadi bahan pembelajaran bagi ilmu sejarah kebudayaan.
Dalam perjalanannya, beberapa kebudayaan telah punah atau hilang karena tidak
ada penerus dalam pelaksanaannya.Maka, filologi dianggap penting untuk membatu
ilmu ini untuk mengungkap khazanah kuno yang masih terendap dalam naskah.
3.
Filologi
sebagai Ilmu Bantu Sejarah
Fungsi utama filologi dalam ilmu ini ialah
pendukung atau rujukan sebuah fakta baru. Rujukan yang dimaksud disini adalah
terungkapnya sebuah karya yang memuat suatu penjelasann tentang suatu daerah
atau benda. Semisal, ditemukannya Negarakretagama, Babad Tanah Jawi, Pararaton
dan sebagainya. Naskah-naskah yang ada ini akan dijadikan sebuah petunjuk untuk
mencari tahu kehidupan masa lampau di Nusantara, sekaligus menjadi rujukan
primer.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Filolologi
merupakan ilmu yang objek kajiannya adalah naskah masa lalu. Hal ini secara
tidak langsung telah membuka informasi dan cakupan bahasan yang luas. Alasan ini lah yangmenjadikan filologi tidak
bisa berdiri sendiri sebagai disiplin ilmu yang bisa menjawab semua pertanyaan.
Akhirnya, filologi membutuhkan persinggungan dari disiplin ilmu laiun untuk
mjenjawab semua pertanyaan yang tidak mampuu dia jawab. Beberapa disiplin ilmu
adalah ilmu sejarah, sastra, budaya, agama, linguistik, paleografi, dan
antropologi.
Dari disiplin
ilmu yang ada, sebenarnya ilmu linguistik pernah mengakui bahwa filologi adalah
ilmu linguistik. Akan tetapi, pada sekitar abad ke-19 linguistik memisahkan
ilmu ini sendiri. Mengingat filologi lebih mengutamakan bahasan teks atau
tulis, sedangkan linguistik memiliki bahasan yang tak hanya terkait dengan
tulisan, tapi juga bahasa lisan. Sedang Verhaar menyatakan bahwa seorang
filolog cukup mengenal sedikit linguistik saja, sudah akan membantu untuk
mendalami filologi.
Selanjutnya,
dari objek kajian yang filologi miliki telah menghasilkan produk yang dapat
digunakan oleh disiplin ilmu lain untuk membantu mereka dalam pencarian
jawaban, manakala disiplin ilmu tersebut tidak bisa menjawabnya. Dalam posisi
ini, filologi dianggap sebagi ilmu yang membantu dalam disiplin ilmu yang lain.
Beberapa ilmu itu ialah ilmu dalam pengkajian sastra, sejarah, budaya, agama
dan lain-lain. Dari produk filologi itulah yang akan mengembangkan disiplin
ilmu yang telah disebut.
Kemudian,
penulis juga menyakini bahwa filologi dan ilmu bantu yang telah disebutkan
memiliki hubungan timabal balik. Semisal, ketika filologi membutuhkan 5
ilmu bantu untuk menjawab pertanyaan
yang tidak bisa dijawab olehnya, maka pada waktu sama filologi juga dapat
digunakan oleh 5 ilmu lain.
by: M. Hisyam Maliki
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Fu’adi. 1993. Filologi Sebuah
Pengantar. Yogyakarta: Fakultas Adab UIN Sunan
Kalijaga.
Baried, Siti Baroroh, et. 1994, Pengantar
Teori Filologi. Yogayakarta: Badan Penelitian dan
Publikasi Fakultas Seksi Filologi Fakultas
Sastra Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.
Mirzaindie. 2009. “Kedudukan Ilmu Filologi
dengan Ilmu Lain”. dalam
http://mirzaindie.blogspot.com
diunduh Senin, 27 Februari 2012, pukul 15.22 WIB.
Kridalaksana, Harimurti, 2011, Kamus
Linguitik edisi 4. Jakarta : PT. Gramedia Utama.
Partanto, Puis. 2001. Kamus Ilmiah Populer.
Arkola: Surabaya.
Verhaar, 2010, Asas-Asas Linguistik Umum.
Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment